PSGA Berkontribusi Aktif Dalam Diskusi Kepdirjen P3KS PTKIN 2024

[PSGA-LP2M] Di tengah maraknya kasus kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi, Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Ar-Raniry Banda Aceh menunjukkan andil penuh di garda terdepan pada pencegahan dan penanganan isu tersebut. Dalam acara Suloh PTRG Seri ke -15 dengan tema “Kepdirjen Pedoman Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di PTKIN Tahun 2024,” PSGA UIN Ar-Raniry memaparkan kiprah dan strategi mereka dalam memerangi kekerasan seksual di kampus tersebut. Kegiatan yang diselenggarakan oleh IAIN Fathul Muluk Papua bekerjasama dengan We Lead, Aliansi PTRG dan Forum PSGA ini dilaksanakan pada hari Jumat pagi, 3 Mei 2024.

Dalam kesempatan ini, Dr. Nashriyah, M.A. selaku ketua PSGA UIN Ar-Raniry, yang menjadi salah satu narasumber dalam proses berlangsungnya acara via Zoom meeting tersebut menceritakan perjalanan panjang PSGA dalam membangun gerakan anti-kekerasan seksual di UIN Ar-Raniry. Beliau mengungkapkan bahwa “Pembentukan Duta PSGA menjadi salah satu langkah strategis yang mengantarkan kemajuan signifikan, dimana para duta ini berperan aktif dalam edukasi promosi isu gender yang melibatkan mahasiswa secara langsung untuk mahasiswa karena sebagaimana yang kita tahui bahwa mahasiswa sendiri lebih dekat dengan mahasiswa yang lainnya dan lebih mudah dalam mengakses beberapa hal dengan gaya bahasa anak muda yang dengan hal tersebut sangat-sangat memudahkan pergerakan kita” Ungkap Dr. Nashriyah dengan penuh semangat dan antusias. 

Pemaparan pengalaman  dan strategi PSGA UIN Ar-Raniry dalam membangun gerakan anti-kekerasan seksual, Kegigihan dan dedikasi PSGA UIN Ar-Raniry menjadi contoh nyata bagi PTKIN lain untuk terus semangat dalam mensosialisasikan isu gender di lingkungan kampus masing-masing guna menciptakan lingkungan kampus yang bebas dari kekerasan seksual dsb.

PSGA UIN Ar-Raniry menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari diri sendiri. Dengan semangat dan tekad yang kuat, mereka mampu melawan gelombang gelap kekerasan seksual dan membangun masa depan yang lebih cerah bagi para mahasiswa dan mahasiswi di seluruh PTKIN di Indonesia.

Acara ini tak hanya menjadi ajang berbagi pengalaman dan ide tetapi juga forum diskusi untuk membedah kasus-kasus kekerasan seksual yang terjadi di PTKIN lain. Zoom meeting memungkinkan partisipasi aktif dari berbagai PTKIN di seluruh Indonesia menciptakan ruang dialog yang inklusif dan inspiratif dalam kaitannya dengan pedoman pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di PTKIN tahun 2024. 

Semua kita berhak bersuara. [SFN]